http://catatannews.id ][ Sukabumi ][ Tumbuh Kembang Anak Didik Oleh. Rita Komala Rosanti.Nim 2331577050, Erni Rianti.Nim 2331577002, Mei Indriyanti.Nim 2331577016, Reni Susilawati.Nim 2331577024,
Dosen Pengampu Elnawati M.Pd.I.NLP Artikel ini membahas konsep perkembangan anak usia dini yang melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, bahasa, fisik-motorik, sosial-emosional, dan moral.
Aspek kognitif terkait dengan kemampuan berpikir anak, aspek bahasa mencakup kemampuan anak dalam memahami dan menggunakan bahasa, aspek fisik-motorik berhubungan dengan kemampuan koordinasi gerakan otot besar dan otot kecil, aspek sosial-emosional berkaitan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi di lingkungan sosialnya, dan aspek moral terkait dengan kemampuan anak dalam mengatur perilaku.
Setiap aspek ini memiliki kriteria yang disebut tugas-tugas perkembangan, yang harus dicapai secara bertahap dan memerlukan stimulasi yang tepat.
A. PENDAHULUAN
Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang cukup unik. Anak-anak pada usia ini memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang mencakup koordinasi motorik halus dan kasar, kemampuan berpikir, kreativitas, bahasa, dan komunikasi.
Semua aspek ini tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan religius (RQ), sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat untuk mendukung perkembangan manusia seutuhnya.
Montessori, sebagaimana dikutip oleh Hainstock, menyatakan bahwa anak-anak mengalami masa keemasan (the golden years) dari lahir hingga usia 6 tahun. Pada periode ini, anak-anak menjadi sangat sensitif terhadap berbagai rangsangan. Masa peka ini adalah saat fungsi fisik dan psikologis anak mencapai kematangan, membuat mereka siap merespons stimulus dari lingkungan.
Setiap anak memiliki masa peka yang berbeda-beda, tergantung pada laju pertumbuhan dan perkembangan mereka secara individual. Periode ini juga sangat penting untuk meletakkan dasar dalam pengembangan kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosio-emosional pada anak usia dini.
Di Indonesia, meskipun telah terjadi banyak perubahan progresif dalam sistem pendidikan, masih terdapat tantangan dalam hal akses, kualitas, dan pendanaan PAUD. Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan anak usia dini agar setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang secara optimal.
B. Latar Belakang
PAUD memegang peran penting dalam mendukung tumbuh kembang anak melalui lingkungan yang mendukung dan merangsang. Beberapa peran penting PAUD dalam tumbuh kembang anak meliputi, Stimulasi Kognitif Pembelajaran di PAUD menyediakan berbagai aktivitas yang merangsang perkembangan kognitif anak, seperti permainan edukatif, mendongeng, dan kegiatan seni. Pengembangan Sosial dan Emosional Melalui interaksi dengan teman sebaya dan guru, anak-anak belajar keterampilan sosial dan emosional yang penting, seperti empati, kerja sama, dan penyelesaian konflik.
Selanjutnya adalah Pembentukan Karakter pada kegiatan pembelajaran di PAUD dapat membantu membentuk karakter anak dengan mengajarkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat. Terakhir adalah Persiapan Akademis PAUD mempersiapkan anak-anak untuk memasuki jenjang pendidikan formal dengan memberikan dasar-dasar akademis yang kuat.
Dengan demikian, PAUD tidak hanya menekankan pada aspek akademis, tetapi juga pada perkembangan holistik anak yang mencakup fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Hal ini
menjadikan PAUD sebagai fondasi yang sangat penting bagi masa depan anak-anak.
C.Pembahasan
Dalam pandangan agama Islam, anak merupakan amanah dari Allah Swt. Setiap orang tua yang dikaruniai anak memiliki tanggung jawab atas kehidupan anak, baik di dunia maupun akhirat. Selain dianggap sebagai amanah, kehadiran anak memberikan kebahagiaan kepada orang tua, karena anak diibaratkan sebagai perhiasan yang sangat dinantikan dan memiliki tempat istimewa di hati orang tua. Anak juga menjadi penyejuk hati, penghilang lelah saat orang tua merasa penat setelah bekerja.
Dalam konteks negara, anak adalah generasi penerus yang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan melalui program wajib belajar sembilan tahun, sehingga di masa depan mereka dapat menentukan arah bangsa dan negara. Selain itu, negara mengatur berbagai ketentuan usia anak yang berkaitan dengan perkawinan, hukum, dan pekerjaan. Aturan-aturan ini dibuat berdasarkan tahapan perkembangan anak, baik fisik maupun psikologis, untuk membantu kesiapan dan kedewasaan anak.
Perkembangan terjadi secara bertahap tapi pasti, dari satu tahap ke tahap berikutnya, yang semakin maju dari hari ke hari, mulai dari masa konsepsi hingga akhir kehidupan. Ini menunjukkan bahwa sejak pembuahan hingga kematian, individu tidak pernah statis, melainkan selalu mengalami perubahan yang progresif dan berkelanjutan. Namun, perkembangan ini mencakup beberapa aspek,
seperti perkembangan moral, perkembangan kognitif,Perkembangan bahasa, perkembangan fisik motorik, dan perkembangan sosial emosional.
Perkembangan Kognitif Pada jurnal pendidikan yang ditulis Khairani, N. (2013). “Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implikasinya dalam Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran , 20(2), 112-122. Jean Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang menekankan bahwa anak-anak melalui serangkaian tahapan perkembangan mental yang berbeda seiring bertambahnya usia.
Menurut Piaget, terdapat empat tahapan utama dalam perkembangan kognitif anak:Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Pada tahap ini, bayi belajar tentang dunia melalui indera dan tindakan mereka. Mereka mulai mengembangkan pemahaman dasar tentang sebab-akibat dan keberadaan objek.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Anak-anak pada tahap ini mulai menggunakan simbol-simbol seperti kata-kata dan gambar untuk mewakili objek, tetapi mereka masih belum mampu melakukan operasi mental logis.
Mereka cenderung berpikir egosentris, di mana mereka sulit melihat perspektif orang lain.
Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak-anak mulai mampu melakukan operasi mental logis tetapi hanya terhadap objek-objek konkret. Mereka mulai memahami konsep konservasi, dimana kuantitas suatu objek tidak berubah meskipun bentuknya berubah.
Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu berpikir secara abstrak, logis, dan sistematis. Mereka dapat melakukan hipotesis dan memecahkan masalah yang kompleks.
Teori Perkembangan Sosial-Emosional (Erik Erikson) Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan psikososial yang mencakup delapan tahap kehidupan, dari bayi hingga dewasa tua. Setiap tahap melibatkan krisis atau konflik yang harus diselesaikan untuk perkembangan yang sehat: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun): Bayi belajar untuk mempercayai orang dewasa yang merawat mereka atau menjadi tidak percaya tergantung pada konsistensi perawatan.
Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu (1-3 tahun): Anak-anak mulai mengembangkan rasa kemandirian tetapi bisa merasa malu dan ragu jika terlalu banyak diawasi atau terlalu keras dikritik.
Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun): Anak-anak mulai mengambil inisiatif dalam bermain dan aktivitas lainnya. Kegagalan untuk melakukan ini dapat menyebabkan rasa bersalah.
Kerajinan vs Inferioritas (6-12 tahun): Anak-anak mulai merasa bangga dengan prestasi mereka. Jika mereka tidak merasa kompeten, mereka dapat merasa rendah diri.
Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun): Remaja mencari identitas pribadi mereka dan menghadapi kebingungan peran.
Intimasi vs Isolasi (18-40 tahun): Dewasa muda membangun hubungan intim atau menghadapi isolasi sosial.
Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun): Dewasa tengah merasa perlu untuk memberi kontribusi kepada masyarakat atau menghadapi stagnasi.
Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas): Orang lanjut usia merenungkan hidup mereka dan dapat merasa puas atau kecewa.
Bahasa
Bahasa adalah sistem simbol yang digunakan oleh individu untuk menyampaikan ide dan informasi. Sebagai sarana komunikasi, bahasa memiliki berbagai aspek. Sowers menyebutkan bahwa aspek bahasa terbagi menjadi dua kategori, yaitu aspek reseptif dan aspek ekspresif.
Kedua kategori ini diperlukan dalam berbahasa agar komunikasi dapat terjadi dengan efektif. Melalui bahasa anak mengungkapkan gagasan, perasaan maupun maksud dari pemikirannya.
Menurut Chomsky, perkembangan bahasa pada anak usia dini mengikuti tahapan berikut: Bahasa awal mulai berkembang sejak lahir melalui gerakan tubuh yang halus, dan pada usia 6 bulan, bayi mulai membuat getaran pada bibir dan lidah yang menghasilkan suara seperti “ba” atau “da”;
Pengucapan satu kata, yang biasanya dimulai sekitar usia 1 tahun, di mana bayi mulai mengucapkan kata tunggal seperti “kue”;
Pengucapan dua kata, yang umumnya terjadi sekitar usia 18 bulan, ketika anak mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk struktur tertentu; Pada usia 3 hingga 6 tahun, anak mulai mengalami perkembangan dalam tata bahasa, seperti membentuk kalimat negatif dan kalimat tanya setelah mampu menggunakan tiga kata; Pada usia 5-6 tahun, anak mulai menguasai berbagai aspek tata bahasa. Ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak dimulai dengan gerakan sebagai respons terhadap lingkungan sekitarnya.
Lalu berlanjut dengan penggunaan organ mulut untuk mengucapkan kata-kata dan akhirnya mengembangkan kemampuan tata bahasa, terutama kalimat tanya dan kalimat negatif, pada usia 2 hingga 3 tahun.
Perkembangan Fisik Motorik Perkembangan fisik motorik mencakup perubahan pada tubuh manusia, seperti peningkatan tinggi badan atau ukuran tubuh, serta pola gerakannya. Pada anak, perkembangan fisik ditandai dengan kemajuan dalam keterampilan motorik kasar dan halus.
Menurut Meggitt, keterampilan motorik kasar (gross motor skills) melibatkan penggunaan otot-otot besar dalam tubuh, termasuk aktivitas seperti berjalan, melompat, berlari, dan memanjat.
Motorik halus merujuk pada keterampilan yang melibatkan gerakan yang presisi dan kontrol dengan menggunakan otot-otot kecil, terutama di tangan dan jari.
Ini mencakup aktivitas seperti menulis, menggambar, memotong dengan gunting, menyusun puzzle, dan merakit benda kecil.
Kemampuan motorik halus penting untuk kegiatan sehari-hari dan perkembangan kognitif anak, karena melibatkan koordinasi antara tangan dan mata serta keterampilan manipulatif..meskipun begitu, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Kematangan pada perkembangan motorik anak membutuhkan latihan yang sesuai pada individu.
e. Moral
Perkembangan moral terkait dengan perilaku individu dan mencerminkan kepatuhan terhadap norma serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Santrock menjelaskan bahwa dalam perkembangan moral terdapat tiga aspek utama: Cara anak berpikir tentang aturan-aturan, Bagaimana anak berperilaku dalam situasi moral, Dan perasaan moral, yaitu bagaimana anak merasakan hal-hal yang berkaitan dengan moral.
Pengetahuan moral berkaitan dengan pemahaman tentang benar dan salah dalam perilaku.
B. KESIMPULAN
Setiap anak memiliki keunikan tersendiri dengan pola perkembangan yang bervariasi di setiap aspek. Ini berarti anak dapat melewati tahapan perkembangan melalui berbagai aspek yang berbeda.
Namun, tahapan perkembangan hanya bisa dicapai jika anak terlebih dahulu menyelesaikan urutan tugas perkembangan yang ada. Orang tua dan lingkungan sekitar harus memahami urutan tugas perkembangan beserta indikator-indikatornya dan mengikuti pola yang teratur.Dengan demikian, anak akan dapat mengikuti prinsip perkembangan yang konsisten.
Sumber: Sutanto, A. R. (2016) Tahap-tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson dan Implikasinya dalam Pendidikan.
Jurnal ilmu pendidikan,,Sumber: Kurniawati, E. (2017). Teori Perkembangan Bahasa Lev Vygotsky dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa.” Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sumber: Khairani, N. 2013 Teori Perkembangan Kognitif jeans Piaget dan Implikasinya dalam Pembelajaran, Jurnal pendidikan dan pembelajaran,,
(Red@ksi CN)