http://catatannews.id ][ Banten ][ Menurut Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman bahwa Negara Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 280 jiwa merupakan pangsa pasar yang seksi, maka tidak heran jika Indonesia menjadi ajang perebutan market dari berbagai negara.
“khususnya untuk TPT, jika dilihat dari besaran transaksi aplikasi online/marketplace, produk fashion tidak pernah bergeser dari urutan teratas dalam penyerapan pasar di Indonesia” imbuh Nandi.
Ketersediaan produk sandang tentu tidak lepas dari peranan industri tekstil/garmen dan konveksi rumahan.
Logikanya. jika penyerapan pasar bagus, maka akan berdampak positif terhadap perkembangan pelaku usaha TPT dalam negeri, namun yang terjadi justru sebaliknya dan ini sungguh ironis.
Fenomena anomali tersebut bisa dilihat dari banyaknya pabrik tekstil yang mem PHK karyawan bahkan menutup pabriknya, begitu pula garmen/IKM/konveksi rumahan banyak yang sudah gulung tikar.
Mengapa anomali tersebut bisa terjadi?
Nandi Herdiaman mengatakan bahwa *market pakaian jadi sangat bagus namun kenyataannya yang beredar dipasaran 90% dikuasai oleh produk import* Pendapat tersebut sesuai dengan keterangan Kemenkop UKM Teten Masduki, bahwa “penyerapan produk lokal hanya 10 % saja, pantas banyak garmen dan konveksi yang tutup.”
“Saya berharap kehadiran pemerintah yang salah satunya melalui pembentukan Satgas oleh Kemendag dapat menolong dan mendorong roda perekonomian TPT dalam negeri untuk bangkit kembali sehingga menjadi raja di negeri sendiri dan berharap kepada pemerintah yang akan datang untuk aktif berperan dalam melindungi pasar dalam negeri TPT yang merupakan *Instrumen dari Program Hilirisasi* serta mengembalikan secara permanen Pertek 5/2024 dari Kemenperin” tutup Nandi.
Sofyan